AMATOR Kembali Beraksi, Donny Muaja : “Kami Tidak Akan Berhenti, PGE Sudah Diluar Batas”

Berita Tompaso, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com

Pada Senin (17/04/23) Aliansi Masyarakat Tompaso Raya (AMATOR) bergerak kembali melakukan aksi penyampaian sikap akibat PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendedong melanggar kesepakatan yang dibuat dalam pertemuan beberapa hari lalu atau tepatnya pada hari Kamis (13/04/23) di Balai Desa Pinaesaan Kecamatan Tompaso Barat.

Selesai Dialog Singkat Dengan Pimpinan PT. PRA Difasilitasi Camat Tompaso Barat Stevri V Pandey ST MAP

Aksi dilakukan langsung di lokasi pelaksanaan eksplorasi panas bumi di Desa Pinabetengan Selatan Kecamatan Tompaso Barat atau di Cluster P1, yang diketahui telah memulai kegiatan awal untuk tajak atau pemboran eksplorasi panas bumi pada Senin (17/04/23). Dan aksi dipimpin langsung oleh Donny Muaja selaku Ketua Amator.

Hal yang membuat Amator kecewa karena dalam pertemuan Kamis (13/4/23), PGE berjanji akan mempertemukan Amator dengan pihak pelaksana proyek eksplorasi di cluster P1 yaitu PT Plumpang Raya Anugrah (PRA) untuk membicarakan poin – poin yang dibahas pada pertemuan tersebut, sebelum pihak PRA melaksanakan pemboran.

Donny Muaja Memberikan Orasi

Namun yang terjadi, pertemuan belum terlaksana, tetapi pelaksanaan pemboran/tajak untuk eksplorasi awal telah dilakukan pada Senin dini hari.

Respon Donny Muaja terhadap hal tersebut, menurutnya Amator tidak akan berdiam, karena sudah berkali-kali PGE mengecewakan dimulai dari awal tahun 2023 PGE menunda-nunda pertemuan. Setelah berkali kali tertunda baru dapat diwujudkan Kamis minggu lalu (13/4/23). Namun belum juga melanjutkan pertemuan yang sudah dijanjikan oleh PGE, justru kesepakatan malah dilanggar pihak PGE.

Suasana Penyampaian Orasi

Dalam aksi pernyataan sikap tersebut, terlihat sejumlah masyarakat menyampaikan orasi dengan berdiri diatas kendaraan pick up menggunakan speaker aktif dihadapan petugas keamanan di gerbang masuk dan dapat didengarkan oleh seluruh pekerja yang ada di lokasi tersebut.

Menurut Donny, ” PGE sudah diluar batas, Jadi kehadiran Kami disini walaupun segelintir orang, segelintir masyarakat biasa, rakyat jelata, tapi kami mau menuntut hak Kami yang merupakan kewajiban PT. PRA”, ujar Donny.

Penyampaian Orasi

Donny mengklaim bahwa aksinya bukan dalam konteks menolak kegiatan panas bumi yang ada di Tompaso.

“Kami tidak dalam rangka menolak kehadiran dari energi panas bumi, ini sudah berjalan begitu lama, tetapi bukan berarti torang Tompaso Raya cuma iyo-iyo, Kita adalah pemilik tanah ini tanah nenek moyang kita Toar Lumimuut yang harus dihormati, begitu juga dengan penghuninya masyarakat adat” ujar Donny.

Donny menyesalkan komitmen yang diingkari sendiri oleh PGE dan mendegradasi hak dan masyarakat lokal.

“Kami menilai bahwa PT. PRA dan PGE sedang dalam rangka mendegradasi hak dari masyarakat lokal dan kewajiban dari perusahaan. Jadi kami mohon bahwa Kita sudah sepakat pada hari kamis yang lalu dengan Hukum-Hukum Tua Kecamatan Tompaso Raya bahwa akan ditindak lanjuti pertemuan PT PRA, PGE, pemerintah dan AMATOR sebelum tajak dilakukan”, jelas Donny.

Ketika orasi sudah berjalan sekitar 15 menit mulai bermunculan sejumlah karyawan dari dalam lokasi yang nampaknya diarahkan oleh oknum pimpinan untuk mendekati dengan cara keluar dari pagar gerbang dan mendekati kendaraan orasi. Beberapa diantara mereka seperti terprovokasi dengan bereaksi sedikit emosional, padahal diketahui mereka adalah warga lokal sekitar lokasi.

Sementara itu Donny terus melanjutkan orasinya, “jadi mohon dengan sangat serta penuh hormat, kami ini adalah masyarakat biasa yang hanya tahu bahwa daerah ini adalah lokasi dimana dibagi 9 daerah kekuasaan di Minahasa atau 9 walak didirikan di Pinabetengan ini, maka kewajiban dari PT. PRA untuk menghormati budaya di Tompaso Raya ini”, tegas Donny.

Masih lanjut Donny, “sekali lagi kami sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, mau menuntut dimana keadilan dan dimana keberpihakan dari PT. PRA dan PGE. Jangan ada niat untuk mengadu domba, apalagi dari warga diluar Tompaso Raya yang sedang bekerja disini karena kami sedang menegakkan dan menjunjung tinggi hak-hak rakyat lokal”, ungkap Donny.

Donny mengatakan pula dalam orasinya bagi pimpinan PRA dan PGE bahwa janganlah menaifkan apa yang disampaikan ini baik tentang pernyataan ataupun keluhan masyarakat, itu sangatlah penting karena mereka yang hidup dilingkungan wilayah ini.

Setelah lebih dari 45 menit berorasi barulah dilayani oleh Rig Superintendent dari PT. PRA yaitu Yudi didampingi Camat Tompaso Barat Stevri V Pandey ST MAP melakukan dialog langsung di lokasi aksi demo.

Mendengarkan penjelasan dari Donny akhirnya Yudi berjanji akan memberi tahu pertemuan selanjutnya kepada Stevri Pandey selaku Camat Tompaso Barat setelah dibahas oleh pihak management PRA.
Saat itu juga Camat langsung menanggapi agar pihak PRA dapat merealisasikan pertemuan bersama AMATOR secepatnya sebelum hari raya Lebaran.

Sementara itu Rifat Tulungen yang juga hadir dalam aksi tersebut berpesan bahwa apa yang sudah disampaikan dalam pertemuan di hari kamis lalu diperhatikan dengan serius oleh pihak PRA khususnya tentang perusahaan catering saat ini yang bukan dari lokal Tompaso Raya, karena hal ini jelas melanggar UU No. 21 tahun 2014 dan PP No. 7 tahun 2017 tentang Panas Bumi khususnya mengenai akomodir potensi usaha lokal, “hal ini tidak bisa dibiarkan dan kami akan terus berjuang untuk hal tersebut yang memang dilindungi dan diatur oleh Undang-Undang”, tegas Rifat dengan nada tinggi.

Rifat juga menyoroti keberadaan Dimas sebagai Humas PGE Area Lahendong yang terkesan janggal dan tidak profesional, kata Rifat “tidak pantas sebagai Humas yang telah berjanji menyampaikan kepada PRA hasil pertemuan hari kamis, namun yang terjadi kami dikecewakan karena PRA mengaku tidak tahu hasil pertemuan”.

Rifat merasa merasa heran Rig Superintendent dalam pertemuan tadi belum tahu apa yang menjadi keinginan masyarakat Tompaso Raya, padahal salah satu staf PGE mengatakan telah memberi tahu pihak PRA langsung di hari Kamis sore minggu lalu.

Ditambahkan Rifat lagi, “Bila PRA pernah mengatakan kepada PGE bahwa sudah pernah melakukan pertemuan dengan perusahaan catering lokal Tompaso yang telah menyurat 3 kali, harusnya dimintakan bukti pertemuannya berupa dokumentasi pertemuan tersebut, bukan percaya begitu saja”, tutur Rifat.

Sedangkan warga lainnya yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan sangat disayangkan ada pihak atau oknum yang coba membenturkan pekerja lokal dengan warga yang datang dalam aksi. Padahal sudah dijelaskan oleh Donny bahwa aksi ini memperjuangkan kepentingan masyarakat, lingkungan, mendukung warga lokal yang sudah bekerja, tetapi meminta pimpinan PRA dan PGE tidak anggap enteng masyarakat Tompaso Raya dan harus tanggapi serius semua aspirasi yang sudah disampaikan.

Jurnalis olnewsindonesia.com ketika coba konfirmasi kepada Dimas selaku Humas PGE Area Lahendong dengan menghubunginya dinomor handphone 081363792xxx namun ternyata nomor tersebut tidak aktif.
Hal ini sangat disayangkan karena makin memberi gambaran tidak profesional dan tidak kooperatif, bahkan terkesan tertutup.

Masyarakat yang hadir berharap pihak pimpinan PGE area Lahendong memperhatikan masalah yang ada dilingkungan kerjanya saat ini dengan begitu banyaknya keluhan masyarakat Tompaso Raya dan sudah saatnya untuk bertatap muka dengan masyarakat Tompaso Raya.

Arnold WK