Berita Citeureup, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com
Komitmen SMAN 1 Citeureup sedang fokus menerapkan Kurikulum Merdeka, hal ini diupayakan guna menjadi Sekolah Penggerak dalam hal mengedepankan dan menyadarkan Siswa Siswi tentang bullying (penindasan/perundungan) melalui Buku Bullying.
Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-kali. Biasanya, pelaku bullying berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya.
Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia memang kian memprihatinkan. Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meski hanya penindasan verbal dan psikologis/mental.
Staff Humas SMAN 1 Citeureup, Saepul, menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka tersebut menjadikan Sekolah Penggerak untuk mengajarkan dan membekali kepada Siswa Siswi beberapa materi yang ada dikelas maupun diluar kelas.
“Anak – Anak juga bukan hanya dibekali tentang Materi-materi yang ada di kelas tetapi mereka juga diajarkan kewirausahaan, kepedulian sosial, pengetahuan tentang pancasila melalui proyek-proyek itu,” ucap Saepul selaku Humas SMAN 1 Citeureup, Rabu (21/9/2022).
SMAN 1 Citeureup sudah menerapkan Kurikulum Merdeka mulai Tahun 2021 hingga sekarang dan sudah berjalan .
“Karena menjadi Kurikulum Penggerak itu melalui seleksi tahapan-tahapan yang harus diikuti kepala sekolah dan sebagian guru,” jelas Saepul.
Lalu ia mengatakan bahwa awal mula untuk menjadi Sekolah penggerak tersebut para siswa-siswi dimulainya tentang Buku Bullying.
“Awal kita Penggerak itu kelas 10, mereka bikin Buku Bullying dan banyak di Apresiasi oleh Media juga dan Publik juga, hasil dari anak-anak membuat Buku tentang Membully karena di dunia pendidikan maupun yang lain, remaja itu tidak lepas dari Bullying,”tutur Saepul lagi.
Ia menjelaskan bahwa jangan sampai siswa-siswi dalam bercanda menjerumus ke hal yang menyinggung secara perasaan atau fisik.
“Ngeledek atau bercanda berlebihan sehingga menjerumus ke hal-hal fisik dan yang lainnya, kita ingin tidak ada bercanda seperti itu, melalui Buku Bullying itu menyadarkan para siswa-siswi Bercanda boleh tetapi jangan sampai menyinggung perasaan orang secara fisik,” tegas Saepul.
Sehingga menciptakan sesama siswa-siswi dengan suasana yang nyaman, aman dan tentram baik dikelas maupun dilingkungan Sekolah.
SMAN 1 Citeureup Sebelum menerapkan Kurikulum Medeka tersebut kepada semua siswa-siswi, menjelaskan juga Kepada semua Orang Tua murid tentang Kurikulum Penggerak atau Kurikulum Merdeka tersebut.
“Orang tua tidak ada yang menolak malah senang, di era sekarang kan memang kita harus mengikuti perkembangan jaman, nah Kurikulum Penggerak ini adalah Kurikulum yang memang sesuai dengan Perkembangan sekarang,”ujar Saepul menjelaskan.
Harapannya dengan Kurikulum Merdeka tersebut agar siswa-siswi lebih semangat untuk mencapai kesuksesan dan cita-cita mereka.
“Dan Akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka impikan dan menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat untuk dirinya, keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa,”pungkas Saepul menutup pembicaraan.
Rian