by

Natal Bersama SEKUM PGLII, Harapan Bersinar Dalam Kegelapan

Berita Online News Indonesia, Jumat 25 Desember 2020

Bersyukur kepada Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita, karena atas perkenan-Nya kita semua dapat memasuki penghujung tahun 2020, merayakan Natal Kristus 25 Desember 2020 dan Tahun Baru 1 Januari 2021.

Itulah kata pembuka ketika olnewsindonesia.com mendapatkan respon saat menghubungi Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja Dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) untuk bercerita tentang makna Natal 2020.

Beliau adalah Pendeta Tommy Lengkong MTh selaku Sekum PGLII periode 2020-2024 yang terpilih bersama Ketua Umum PGLII Pdt. DR. Ronny Mandang MTh, dimana pelaksanaan pemilihan yaitu melalui Munas PGLII XII di JW Marriott Hotel Medan Sumatera Utara pada bulan Maret 2020.

Pdt. Tommy adalah pribadi yang hangat dan bersahaja, itu sangat terasa dalam bincang-bincang bersama olnewsindonesia.com, beliau mengatakan telah menjadi sejarah bahwa pemberitaan pertama pada hari kelahiran Tuhan Yesus ditandai dengan terang kemuliaan Allah bersinar di tengah-tengah kegelapan. Seorang malaikat Tuhan dengan sinar kemuliaan Allah hadir di tengah-tengah para gembala dalam kegelapan malam. Itulah momentum titik balik bagi manusia yang diwakili oleh para gembala mendapatkan harapan di tengah kegelapan persoalan hidup manusia. Hal ini dapat dibaca dalam Injil Lukas 2:8-20.

Beliau yang pernah juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Majelis Sinode GMII (Gereja Misi Injili Indonesia) mengatakan, gembala diidentifikasikan sebagai orang sederhana, pekerja keras dengan reputasi rendah. Pekerjaan mereka adalah kotor, karena sehari-hari bersentuhan dengan binatang gembalaan mereka. Mereka bau binatang. Mereka selalu tinggal di padang, menjaga kawanan ternak mereka.

Pengertian tinggal di padang menurut Plummer sebagaimana dikutip Fritz Rienecker adalah, to make the field the courtyard, to spend their life in the open air. Oleh karena itu mereka tidak bermasyarakat. Dalam Talmud (hukum para Rabbi) menggariskan bahwa tidak ada pertolongan yang dapat diberikan kepada penyembah berhala/yang tak bertuhan dan gembala-gembala.
Itulah sebabnya mereka tidak boleh menjadi saksi di pengadilan. Dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang termajinal dan terbuang dari masyarakat, bahkan komunitas agama. Mereka tidak dapat mengharapkan pertolongan dari luar komunitas mereka.

Masih melanjutkan penjelasannya pendeta yang juga putera minahasa kelahiran Balikpapan ini mengatakan, tentang gembala di tengah situasi dan kondisi mereka yang demikian ternyata Allah memperhatikan mereka.

Pada malam kelahiran Tuhan Yesus, harapan bersinar dalam kegelapan hidup mereka. Merekalah yang dipilih Allah sebagai orang-orang pertama yang mendengar kabar kesukaan tentang kelahiran Sang Juruselamat Dunia.

Merekalah yang menyaksikan keagungan pujian Bala Tentara Sorga. Merekalah yang diundang Allah untuk datang sebagai orang-orang pertama bertemu dengan bayi Yesus beserta Maria dan Yusuf.

Suatu privilege yang sangat istimewa. Itulah momentum mereka keluar dari kehidupan mereka dan berbagai pembatasan-pembatasannya.

Mereka yang tidak dapat menjadi saksi di pengadilan, sekarang mereka menjadi saksi terpercaya tentang kelahiran Yesus Kristus, Anak Allah di dunia.

Dahulu mereka adalah orang-orang yang termajinalisasi dari kegiatan-kegiatan agama, sekarang mereka mengalami kebangunan spiritualitas sehingga mereka memuji dan memuliakan Allah. Harapan perubahan itu menjadi kenyataan.

Pdt. Tommy Lengkong yang juga aktif sebagai dosen dibeberapa kampus ini kemudian mengajak kita membandingkan kehidupan para gembala Efrata ini dengan situasi dan kondisi kita masa kini, maka harapan bagi perubahan situasi dan kondisi kita saat ini adalah juga suatu keniscayaan. Memang sebagian besar waktu dalam tahun 2020 ini kita habiskan bergumul dengan pandemi Covid-19 yang telah membawa kesulitan dan penderitaan bagi manusia.

Kekuatiran dan ketakutan karena ancaman kematian disebabkan dapat terinfeksi virus corona, karena berkurangnya pendapatan, karena kesulitan mendapat kebutuhan hidup, karena bisnis yang merosot, atau bahkan karena kehilangan pekerjaan menghantui manusia masa kini. Kita semua diperhadapkan dengan situasi yang tidak dapat diprediksi. Waktu-waktu di depan kita seperti suatu kegelapan. Kita berharap agar segera muncul solusi-solusi yang lebih meyakinkan untuk mengatasi pandemi ini dan terjadinya pemulihan.

Maka seperti kehidupan para gembala Efrata, kita harus beriman bahwa Tuhan berkuasa untuk merubah. Perubahan itu terjadi ketika para gembala mendengar Injil tentang kesukaan besar bagi dunia (ay 10-14); mereka memberi respons secara tepat (ay. 15); mereka bertemu dengan Yesus (ay. 16); dan mereka mengalami pengenapan Firman Tuhan (ay. 20).

“Perayaan Natal tahun ini harusnya menjadi suatu momentum penguatan iman bagi orang-orang beriman. Kita harus mengutamakan hidup dengan Firman Tuhan, mempunyai relasi intim dengan Kristus, serta mengalami wujud nyata janji-janji Tuhan dalam hidup setiap hari”, kata Pdt Tommy yang hingga kini masih aktif melayani di radio Heartline 100,6 FM di Jakarta, setiap hari selasa jam 19.00-20.00 wib dalam program Let My People Think.

Menutup perbincangan kami, beliau sampaikan, “Momentum Natal harus mengokohkan keyakinan iman bahwa sebagaimana Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia dua ribu tahun yang lalu memberi harapan baru kepada manusia, maka Ia yang adalah Tuhan yang sama akan menjadi pokok harapan kita di dalam kegelapan saat ini. Tuhan Yesus menyertai kita semua,” ujar Pdt. Tommy Lengkong MTh.

Arnold W Krikhoff

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.