Warga Tuntut Pembangunan Jalan Tembus Karo-Langkat Agar Di Aspal

Berita Tanah Karo, Online News Indonesia, Kamis (6/9)

Kembali warga Kabupaten Karo khususnya yang berada di perbatasan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat , pada Rabu (05 /09) 2018 terus perjuangkan pembangunan jalan tembus ke Kota Binjai melalui Jalan Jahe Kuta Rayat Kec Naman Teran Kabupaten Karo.

Warga Karo yang berdomisili di jalan Jahe Kuta Rayat saat ber orasi (05/09)
Warga Karo yang berdomisili di jalan Jahe Kuta Rayat saat berorasi (05/09)

Indra S Pandia salah satu dari warga ketika di temui wartawan dalam orasinya di jalan tembus Karo – Langkat tepatnya di jalan Jahe, Kuta Rayat ini mengatakan , ”sampai kapan pun kami tidak bisa diam kalau  jalan tembus Karo – Langkat ini belum di aspal , entah apa alasanya pemerintah tidak setuju atas pengaspalan jalan tembus Karo – Langkat ini , padahal kalau sudah jadi nanti jalan ini di aspal masyarakat Kabupaten Karo ini mau ke Binjai, Stabat akan merasa terbantu.

Tampak warga menduduki salah satu alat berat di lokasi. Rabu (05/09)
Tampak warga menduduki salah satu alat berat di lokasi. Rabu (05/09)

Sambung nya, ” Kalau kita bandingkan perbedaan jarak tempuh melalui jalan Djamin Ginting menuju dan sebaliknya ada selisih waktu 3 jam, makanya saya heran melihat instansi terkait ini tidak setuju atas pembangunan jalan ini  , ujar Pandia di dampingi warga lainya .

Maka nya kita memohon kepada DPRD Sumatra Utara agar bisa membantu warganya ini ,  agar pembangunan jalur alternatif Karo – Langkat ini bisa secepatnya terlealisasi pembangunanya .”Tandasnya lagi.

Terpisah salah satu pemerhati pembangunan jalur alternatif Karo – Langkat Robert Tarigan (48 ) ketika di sambung wartawan di depan Kantor DPRD Karo mengatakan , entah kenapa ya, warga di seputaran Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), baik di Provinsi Sumatera Utara maupun di Nanggroe Aceh Darussalam terkesan kurang diperhatikan dan pembangunannya minim. Belanda dan Jepang saat masa penjajahan dikenal sangat kejam masih memprioritaskan pembangunan dan pembukaan jalan baru,”ucapnya.

Hutan, gunung dan bukit dibelah , sehingga lahirlah jalan satu satunya Medan – Berastagi. Mereka sadar dengan adanya infrastruktur jalan yg representatif sebagai urat nadi perekonomian masyarakat pembangunan akan terpacu dari keterbelakangan dalam konteks kekinian, betapa susahnya masyarakat hanya untuk meminta perbaikan sebuah jalan seperti misalnya jalan tembus Kabupaten Karo – Langkat, kesejahteraan masyarakat yg berbatasan di kedua daerah dipastikan meningkat tajam karena terbukanya simpul-simpul ekonomi baru dan ikon pariwisata yg memiliki potensi luar biasa.

Kenyataanya Balai Besar TNGL keberatan dengan adanya pembangunan jalan tembus di kawasan TNGL. Padahal hanya 5 km yg melewati kawasan TNGL. Sungguh ironis, kecewa dan marah melihat kesombongan TNGL yang sangat keberatan adanya perbaikan jalan yang sudah lama diimpikan masyarakat dua kabupaten yg memiliki historis itu. Jauh sebelum lahir TNGL, jalan Karo – Langkat sudah ada yg dikenal sebagai jalur perlanja sira.

Itulah kehebatan kearifan lokal masyarakat setempat yang harus dipahami TNGL. Jangan biarkan masyarakat merengek dan seperti mengemis hanya untuk meminta  perbaikan jalan tembus Karo – Langkat yang sudah dibuka sejak tahun 80-an dipimpin Letjen LB Murdani saat itu. Bukti prasasti nya ada di Tugu Kuliki (Tugu Elang) Batas Karo -Langkat, ” jelasnya lagi.

Jadi apa yg harus dibanggakan dari TNGL, kalau masyarakat di sekitar kawasan dibiarkan terbelakang dan terisolir?  Buat apa kawasan TNGL jadi paru paru dunia kalau masyarakat lokal di kawasan itu dibiarkan terlantar dan tak terurus .

Sama saja kita menjual hutan kita untuk kepentingan negara lain tapi membiarkan masyarakat sekitar sesak nafas akibat ter-pinggirkan dalam pembangunan. Buat apa saja dana konservasi yg sangat besar dari Eropa ? Dengan luas areal 1 juta hektar lebih di sebut-sebut setara dengan dana konservasi sebesar 1 juta euro yang dibagi proporsional dengan Taman Nasional Way Kambas tahun 2018, namun mirisnya lagi kawasan TNGL tetap bernasib sama dengan kawasan hutan lindung lainnya tetap tidak luput dari ganasnya perambahan dan penebangan liar.,”ucapnya.

Justru dengan adanya peningkatan jalan tembus Karo – Langkat yang sudah ditampung anggarannya di APBD Sumatera Utara TA 2018 sebesar Rp 14 milyar lebih, perambahan dan penebangan liar bisa semakin di persempit ruang geraknya. Karena semakin banyak masyarakat yang  mengawasi.

Otomatis dana konservasi yang sangat besar di kucurkan setiap tahun dari Eropa bisa semakin efesien, tepat sasaran dan sebagian bisa dialihkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan  dengan begitu warga akan merasa bangga dengan adanya TNGL , tandas Robert .

(David)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *