Samosir, OLNewsindonesia Sabtu (19/05)
Para kepala sekolah sedikit lega karena jam pengelolaan sekolah dihitung efektif 24 jam per minggu di Data Pokok Kependidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) dan mereka dapat lebih berfokus pada tugas-tugas manajerial di sekolah daripada tugas pedagogis.
Namun demikian, kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa masih banyak kepala sekolah yang harus melaksanakan tugas pedagogis oleh satu atau lain hal sesuai dengan kondisi sekolah.
Hitungan efektif 24 jam ini merupakan  kabar baik untuk disikapi secara lebih arif dalam daya dan upaya meningkatkan mutu pengelolaan dan pembelajaran di sekolah.
Secara ideal, para kepala sekolah dapat memanfaatkan kemudahan ini untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pengelolaan sekolah. Tidak terbantahkan bahwa pengelolaan sekolah bukanlah yang mudah karena mencakup multi aspek. Namun demikian, dengan keinginan, kejelasan tujuan, determinasi, dan disiplin, hal tersebut bukanlah tidak mungkin.
Di samping itu, dengan pengetahuan yang senantiasa terbarukan dan mengupayakan praktik-praktik terbaik (best practices) ditambah pengalaman kerja pengelolaan yang tinggi, ruang kreasi dan inovasi akan terbuka lebar asal saja ada gairah untuk melakukan tugas-tugas manajerial dalam kebersamaan dengan seluruh komponen sekolah.
Secara prinsip, mereka yang diangkat menjadi kepala sekolah adalah orang-orang pilihan dari sekian banyak yang memiliki kesempatan tersebut. Namun demikian, setelah diangkat menjadi kepala sekolah, pekerjaan belum usai melainkan perlu terobosan-terobosan untuk mencapai visi dan misi sekolah yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
Para kepala sekolah masih harus terus beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang cepat pada zaman digitalisasi dan kemudahan komunikasi ini. Para kepala sekolah dituntut untuk memiliki kompetensi manajerial abad ke-21 yang dicirikan dengan penguasaan multiliterasi yang tidak dapat dipungkiri.
Ruang berkreasi dan berinovasi memerlukan kemampuan manajerial dan kepemimpinan di sekolah yang mana segenap unsur sekolah dapat berfungsi secara optimal dengan kehadiran para kepala sekolah di unit kerja masing-masing.
Berkreasi berarti menciptakan hal-hal baru yang belum terpikirkan sebelumnya dengan kata lain tidak ingin berkutat di zona nyaman. Berinovasi berarti selalu menciptakan sesuatu yang efektif, efesien, berdaya tarik, berorientasi mutu, dan tetap memiliki adaptabilitas tinggi sesuai dengan konteks kekinian.
Apa pun alasannya ruang kreasi dan inovasi ini adalah sebahagian besar bergantung pada internal locus of control para kepala sekolah dalam kesehariannya. Jika kita melihat salah satu industri otomotif, yaitu Toyota yang memakai slogan “inovasi tiada henti†untuk setiap rilis produk terbarunya. Untuk itu, para kepala sekolah sejatinya memiliki prinsip-prinsip dasar kreasi dan inovasi ini.
Kreasi dan inovasi juga memerlukan pelatihan-pelatihan yang terus menerus secara pribadi dan kolektif. Secara pribadi, kepala sekolah adalah pembelajar seumur hidup dalam meningkatkan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Secara kolektif, para kepala sekolah perlu memiliki komunitas seperti, MKKS sebagai wadah berbagi pengalaman praktik manajerial dan pedagogis.
Jadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik personal maupun kolektif perlu ditumbuhkembangkan agar ruang kreasi dan inovasi ini tumbuh subur seiring dengan jam pengelolaan yang telah dilalui.
Secara eksternal, ruang kreasi dan inovasi ini juga perlu disinergikan dengan para pihak pengelola kebijakan dan pemangku kepentingan untuk menciptakan nuansa hasil kolektif yang terlihat jelas dalam praktik sehari-hari. Jadi, jika ada keberhasilan itu bukanlah keberhasilan individu melainkan keberhasilan bersama karena memang sesungguhnya semangat kolaborasilah sebagai dasar utama dari keberhasilan tersebut.
Sekali lagi, mari kita refleksikan murni manajerial sebagai ruang bagi optimalisasi diri kolektif dalam pengelolaan sekolah sehingga terwujud visi dan misi sekolah yang telah dirancangkan selaras dengan visi dan misi pemerintah daerah kita yang yaitu “sejahtera, mandiri, dan berdaya saing†dan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Semoga … !
(JuntakStar)