Berita Nasional, OL News Indonesia, (04/08)
Posisi ulama sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Termaksud dalam menjaga perpolitikan Indonesia yang sehat dan beretika.
Sebagaimana disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. Menurutnya, ulama sebagai pemandu moral umat memang tidak dapat lepas dari dinamika politik nasional. Baik atasnama dakwah amar ma’ruf nahi munkar maupun untuk memberikan tuntunan moral keagamaan umat dalam hal berpolitik.
“Namun ulama sebagai warasatul anbiya niscaya istiqamah memandu moral keagamaan umat dan bangsa secara melintasi dengan berdiri tegak di atas semua golongan,” ucap Haedar dilangsir dari media Muhammadiyyah.
Selepas menyampaikan materi dalam Diskusi Revolusi Karakter Bangsa di Kampus UIN Walisongo Semarang pada Kamis (2/8). Haedar juga menyampaikan bahwa para tokoh agama, ustadz, dan mubaligh yang mengidentifikasi diri sebagai ulama dan aktif dalam institusi keulamaan memiliki hak dan pilihan politik tertentu. Namum semestinya tidak menjadikan pranata keulamaan sebagai kendaraan politik.
“Mengatasnamakan ijtima’Â ulama untuk kepentingan politik tertentu dapat menyeret institusi ulama ke dalam kancah politik praktis sebagaimana partai politik. Jika itu terjadi dapat meluruhkan wibawa ulama dan institusi keulamaan,” jelas Haedar.
Haedar percaya, bahwa ulama di negeri ini akan tetap menjaga posisi dan perannya dengan baik dan lurus sebagai penjaga dan pemandu moral keagamaan yang hanif. (Man)