by

Kematian Ikan Di Sungai Kalibaru Timur Terungkap Dinas Lingkungan Hidup

Berita Jakarta, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com

Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) menyelidiki penyebab kematian misterius ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kepala Dinas LH DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, dari hasil analisis, terjadi peningkatan nilai yang cukup tajam pada beberapa parameter kualitas air saat hari kejadian dibandingkan dengan data kisaran hasil pemantauan rutin serta baku mutu.

Pihaknya telah melakukan pemantauan kualitas air sungai pada empat periode mewakili musim hujan, kemarau, dan peralihan antar musim di 120 titik pemantauan di seluruh Jakarta secara rutin tiap tahun.

Asep merinci, beberapa parameter kualitas air yang ditemukan peningkatan cukup tajam. Di antaranya BOD yang pada saat kejadian bernilai 68 mg/L (baku mutu 3 mg/L), COD 309 mg/L (baku mutu 25 mg/L) dan Fecal Coliform 1.400.000 MPN/100ml (baku mutu 1.000 MPN/100ml).

“Berdasarkan kajian PPLH IPB diduga kuat penyebab kematian massal ikan sapu-sapu saat itu berasal dari aktivitas domestik yang tidak biasa. Misalnya pembuangan limbah dengan debit yang sangat besar atau kejadian khusus lainnya,” ungkapnya, Jumat (29/7).

Asep meragukan jika penyebab kematian misterius ikan sapu-sapu disebabkan langsung dari pembuangan limbah kurban. Sebab, apabila penyebab kematian akibat pembuangan limbah kurban, maka kejadian serupa dapat saja terjadi pada banyak ruas sungai yang ada di DKI Jakarta.

Mengingat kejadian kematian massal ikan hanya terjadi pada skala lokal di salah satu ruas Sungai Kalibaru Timur, terdapat kemungkinan adanya kejadian tidak biasa berupa pembuangan limbah dengan debit sangat besar atau tinggi.

“Pembuangan limbah dengan debit sangat besar itu kemudian tersebar langsung ke dalam ruas sungai tersebut yang dapat menyebabkan perubahan drastis kualitas air. Sehingga memicu kematian massal ikan sapu-sapu yang hidup di area tersebut,” urai Asep.

Ia menambahkan, saat ini pihaknya tengah melakukan inventarisasi sumber pencemaran domestik, baik yang berasal dari permukiman, perkantoran, industri skala kecil-menengah, industri skala besar dan aktivitas lainnya di ruas sungai tersebut sebagai langkah lebih lanjut.

Jika teridentifikasi penyebab lebih dominan dari aktivitas rumah tangga, maka lokasi tersebut dapat menjadi prioritas pembuatan IPAL Komunal atau ekoriparian dengan berkolaborasi bersama Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

“Saya juga mengimbau kepada warga sekitar bantaran sungai agar lebih bijak dalam pengelolaan limbah domestik,” tandas Asep.

Perlu diketahui, setelah kejadian kematian massal ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur pada 11 Juli 2022 lalu, tim dari Dinas LH DKI Jakarta melakukan investigasi dengan mengambil sampel air sungai di lokasi kejadian pada hari yang sama.

Sampel tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) DKI Jakarta untuk dianalisis lebih lanjut.

210