Usai Terendus Kasus Cabul, 16 Mahasantri Pompes Tidak Diberi Makan Hingga Dibubarkan

BERITA, JAWA BARAT176 Views

Berita Indramayu, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com

Sejumlah mahasantri Pondok Pesantren SAAB, Indramayu harus pulang kampung dan mencari tempat pengabdian baru setelah dikeluarkan dari Pondok Pesantren oleh Pimpinan tanpa pimpinan.

Padahal mereka ada yang sedang pengabdian dan belajar menjadi tenaga pembantu wali asrama dan halaqoh qurannya para santri. Sebelum dikeluarkan, 16 Maha Santri tersebut juga sempat tak diberi makan.

“Kasihan para maha santri, mereka tidak salah apa-apa tapi dibubarkan semua setelah mengetahui sifat asli Kiyainya (KBS, red) terbongkar,” kata UW, sumber yang enggan disebut namanya pada Selasa 20 September 2022.

Ia menilai, tindakan pengelola pondok sudah sangat di luar batas normal.

Selain dikeluarkan, para mahasantri angkatan ke-9 itu juga tidak memberikan makan siang dan malam hingga tiga hari.

Tidak hanya itu, penuturan beberapa mahasantri, pihak pengusir Umi merasa senang mereka pulang dan tidak pusing kasih makan mereka lagi

“Mengusir dan melarang makan itu saya menganggap bukan perbuatan manusia,” pungkas dermawan yang membantu proses evakuasi mahasantri tersebut ke tempat lain.

Lebih lanjut ia menyayangkan, sikap pengelola yang dianggap tidak amanah dalam mempraktekkan ilmu agama mengenai wakaf.

“Padahal aset dan Pondok Pesantren sebagian besar adalah wakaf para dermawan yang ingin berkontribusi untuk kebaikan bukan sebaliknya,” lanjutnya.

Hingga brita ini dirilis, belum ada keterangan dari pihak pengelola. Usaha melakukan hubungan melalui telepon dan Whatsappdari pewarta belum dibalas.

Sebelumnya, KBH menyatakan sikapnya. Dalam sebuah video KBS mengatakan tidak pernah melakukan tindakan pencabulan pada santrinya.

Sementara itu, di tempat terpisah, antisipasi tumbuh suburnya penyakit mental LGBT, masyarakat dan pemerintah dalam hal ini Kelurahan Cilodong, Kota Depok bersepakat menolak segala bentuk kekerasan pada anak.

Para tokoh masyarakat dan pemerintah kelurahan memasang spanduk himbauan, serta peringatan bagi para pelaku yang memiliki fungsi seksual yang berada di Kota Depok.

“Kami berkewajiban melindungi anak-anak kami. Karena itu, sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dibangun sejak dini,” ucap ketua RT 02/06, Kelurahan Cilodong, Dedi pada Selasa, 20,09,2022.

Kegiatan tersebut juga diselenggarakan dengan adanya informasi yang menghawatirkan warga masyarakat di Kota Depok yaitu mengenai adanya oknum yang mengaku ulama telah melakukan asusila pada santrinya di lembaga pesantren wilayah Kota Depok.

“Jangan sampai penyimpangan tersebut merugikan lingkungan. Terutama pada generasi muda eyang sudah seharusnya mendapat pendidikan baik dari lembaga pendidikan maupun lingkungan,”pungkasnya.

Sebelumnya warga juga memasang sepanduk kewaspadaan di area kampung. Tak hanya itu, warga juga menurunkan plang kantor media yang mengatasnamakan Islam. Karena dianggap membela kesalahan.

Deni, Jos