Bekasi.Olnewsindonesia.Minggu(15/04)
Parisadha Hindu Dharma Provinsi Jawa Barat melaksanakan kegiatan Dharma Santi Hari Raya Nyepi Saka 1940 di Gedung Giri Hadi Suseno, Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), Jalan Raya Setu No 89 Desa Cibuntu, Kecamatan Cibitung, Bekasi, pada tanggal 15 April 2018.
“Kegiatan Dharma Santi tingkat Provinsi Jabar ini mengusung tema ‘Melalui Catur Brata Penyepian, kita tingkatkan solidaritas sebagai perekat kebersamaan dalam menjaga keutuhan NKRI’,†kata Ketua Panitia Dharma Santi Provinsi Jabar, yang juga Ketua Parisadha Hindu Dharma Kabupaten Bekasi, Drs. I Made Pande Cakra, M.Si di lokasi acara.
Dharma Santi kali ini dihadiri oleh semua perwakilan umat Hindu Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat. Kebersamaan diwujudkan dengan hadirnya Warga Sunda Wiwitan yang tergabung dalam Yayasan Nusantara Santi dan Yayasan Bumi Damai. Juga hadir umat Hindu asal Jawa yang tergabung dalam Majapahid Nusantara, selain yang berasal dari Bali.
Ia menambahkan, kegiatan Dharma Santi diisi dengan pembacaan sloka dan pentas seni yang menampilkan perpaduan 3 budaya yaitu tari-tarian dari Jawa, Sunda dan Bali, serta dharma wacana.“Dharma wacana disampaikan Pengurus Harian Parisadha Hindu Darma Indonesia Pusat, Bapak KS. Arsanaâ€, ujar I Made Pande Cakra.
Melalui Dharma Shanti, kita mengharapkan, umat sedharma dapat berkumpul dan saling mengucap maaf, membangun hubungan simakrama yang lebih baik di masa datang. Momentum ini juga saat yang tepat untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian antar umat beragama demi mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera di seluruh Nusantara, dan di Jawa Barat pada khususnya.
Umat Hindu merayakan Hari Suci Nyepi Saka 1940 sebulan yang lalu pada hari Sabtu, 17 Maret 2018, dengan melaksanakan “Catur Brata” Penyepian, yakni empat pantangan (larangan) yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi umat Hindu dimanapun berada.
Keempat larangan meliputi tidak melakukan kegiatan/bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang, atau hura-hura (amati lelanguan).
Keempat ini sebagai symbol penghormatan umat Hindu atas tercapainya kedamaian di Bharata Warsa (India) 1940 tahun yang lalu, ketika Raja Kaniska I dari bangsa Saka berhasil merubah kebiasaan berperang sebagai penyelesaian konflik dengan pendekatan budaya, sehingga permusuhan diganti dengan persahabatan yang damai. Tidak ada lagi korban jiwa sia-sia yang jatuh akibat perang antar suku. Inilah hikmah sesungguhnya dari Tahun baru Saka yang diperingati setiap tahun oleh umat Hindu.
Dharma Santi artinya terciptanya kedamaian (Santi) dari pelaksanaan Dharma (kebenaran atau kewajiban suci). Dunia jauh lebih indah dalam kedamaian daripada dilanda perang.
Sebagai rangkaian perayaan Nyepi, Panitia juga telah menyelenggarakan berbagai acara. Seminar dan Dharma Tula tentang Penguatan Sradha melalui pendalaman ajaran Weda, tgl 11 Februari di Kota Bekasi, dilanjutkan acara bakti sosial donor darah dan pengobatan gratis tgl 28 Februari 2018 di Kota Bekasi, dan penanaman 1.000 pohon yang dilakukan di pinggiran kali Lemah Abang, Kabupaten Bekasi.
Selain itu, umat hindu Bekasi juga melaksanakan upacara Melasti ke Pantai Cilincing tanggal 11 Maret 2018 dilanjutkan upacara Ruwatan Bumi – Tawur Kesanga tanggal 16 Maret 2018 di lapangan Garuda STTD sebagai bentuk penyucian alam semesta.
Semoga hikmah Nyepi dan Tahun Baru Saka 1940 menjadikan Indonesia dan dunia lebih damai, rukun, dan tentram.
Om Santi Santi Santi Om.
(Neil/len)