Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa, kaum santri terbiasa dalam kehidupan penuh keragaman. Karenanya, menjadi keharusan bagi kaum santri untuk menghargai keragaman. Terlebih kaum santri memahami bahwa keragaman adalah sunnatullah.
Pesan ini disampaikan Menteri Agama dalam Halaqah Kebangsaan dengan tema “Meneguhkan Semangat Berbangsa dan Bernegara Kaum Santri” yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni UIN Walisongo Semarang Auditorium UIN Walisongo di Semarang, Jumat (12/05).
Menurut Menag, banyak keragaman yang dijumpai dan bahkan dirasakan bersama santri Pondok Pesantren, mulai dari latar belakang, pendidikan, adat, dan nilai. Dalam keragaman itu, para santri hidup bersama dan saling menghargai.
Bahkan, lanjut Menag, saat belajar ilmu kalam, fiqh, tarikh, mereka juga menjumpai dan mempelajari banyak keragaman. “Maka seorang santri sangat bisa dan biasa menyimak keragaman,” ujarnya.
“Jangan sampai keragaman itu dijadikan seragam sebab itu mengingkari kehendak Allah,” sambungnya.
Di hadapan para santri lulusan UIN Walisongo, Menag minta agar pengetahuan yang dipelajari dan dipahami selama di pesantren dapat diaktualisasikan. Para ulama dan pendahulu bangsa mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang memiliki esensi fungsi kemanusiaan.
“Untuk itu, agama harus disebarluaskan dengan kasih sayang. Tradisi yang ada harus dijaga dengan isian nilai-nilai agama. Santri itu sangat cinta tanah air, tanah di mana ia hidup dan dibesarkan. Cinta tanah air bahkan menjadi bagian ukuran keimanan,” tegasnya.
“Santri perlu memegangi komitmen kebangsaannya yang dikaitkan dengan pemahaman,” lanjutnya.
Hadir dalam halaqoh ini, Rektor UIN Walisongo, Ketua Kalam Walisongo, Plt Direktur PD Pontren, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, civitas Akademika UIN Walisongo, tamu undangan serta sekitar 1000 Mahasiswa. (Source:Kemenag maryani/mkd/mkd)