Berita Karo, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com
Saat tubuh mendapatkan asupan gula, sementara aktivitas fisik kita sangat terbatas. Kondisi ini yang dapat menyebabkan penumpukan gula darah. Dalam jangka panjang, penumpukan gula darah dalam tubuh akan meningkatkan risiko diabetes. Inilah yang dialami oleh Parulian Toka Ritonga. Beliau sudah cukup lama menderita diabetes. Saat ditemui wartawan, pria yang sehari-harinya disibukkan dengan kegiatan usaha rental mobil milik keluarga ini banyak menceritakan pengalamannya waktu awal-awal didiagnosa terkena diabetes.
“Sekitar enam tahun yang lalu saya dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan akibat infeksi saluran kemih sampai turun berat badan 16 kilogram. Saat itu dokter mengatakan kadar gula saya tinggi sehingga harus dinetralkan terlebih dahulu kadar gulanya. Setelah normal, baru dapat dilanjutkan untuk pengobatan salutan kemih. Selama ini saya sudah minum obat namun dokter mengatakan harus suntik insulin. Puji Tuhan saat itu lebih kurang lima hari saya dirawat dan sudah dapat beraktivitas kembali seperti biasa dan setelah rutin suntik,†kata Parulian ini.
Menurut Parulian, dia juga sempat mengalami luka pada ibu jari bagian kanan yang sangat sulit sembuh karena kadar gula darahnya yang sempat tinggi. Kebetulan adik ipar Parulian merupakan seorang dokter.
“Dia bantu saya untuk mengobati luka saya. Sudah sempat kelihatan bagian tulangnya. Lalu dibantu dengan suntik insulin serta salep dan sudah sembuh sekarang. Beruntung sekali karena ada JKN. Saya memang sudah harus rutin suntik insulin ini empat kali dalam sehari per 20 mililiter. Selain rutin memakai insulin saya juga harus menjaga pola makan tidak boleh berlebihan. Pakai tiga metode, suntiknya bagus, makannya bagus serta olahraganya bagus. Karena kalau tidak dijaga salah satunya akan sia sia akhirnya,†jelas Parulian.
Terdaftar sejak tahun 2015 sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBD atau peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang iurannya dibiayai oleh pemerintah daerah melalui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD), Parulian mengaku bersyukur karena biaya yang dikeluarkan untuk berobat ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. Tentu sangat besar jika harus membayar sendiri.
Terlebih Parulian sudah rutin menggunakan insulin agar gula darahnya terkontrol. Pada kesempatan yang sama, Hilda Agustina Br Siahaan, istri Parulian, mengatakan bahwa sebelum menggunakan JKN mereka harus menghabiskan lima ratus ribu rupiah per tiga hari untuk membeli insulin. Tentu jika dihitung-hitung, sudah banyak biaya yang dihabiskan untuk membeli insulin saja.
“Kami terbantu sekali karena sudah terdaftar menjadi peserta JKN. Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sering memberikan edukasi bahwa khusus diabetes sudah ada program yang diberikan oleh BPJS Kesehatan, namanya Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Ada klubnya juga, lalu ada senam setiap hari Sabtu di FKTP. Kalau FKTP itu, dokternya selalu mengajurkan agar ikut senam, namun karena kesibukan terkadang suami saya tidak bisa ikut,†ujar Hilda.
Menurut Parulian ini, pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan semakin hari semakin bagus. Ia pun berharap agar BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara JKN agar lebih gencar lagi melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat. Karena pengetahuan masyarakat masih perlu ditingkatkan terkait Program JKN ini supaya tidak timbul keluhan dan salah persepsi terhadap layanan JKN.
“Apalagi saat ini sudah banyak inovasi pelaporan keluhan yang disediakan oleh BPJS Kesehatan baik melalui petugas BPJS Satu, melalui tatap muka di kantor dan yang baru-baru ini dilakukan launching loket pelayanan informasi BPJS Kesehatan yang berada dirumah sakit,†ujar Parulian.
(David)