Berita Karo, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com
Bebas Sembiring (56) pernah dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat RS Efarina Etaham Berastagi akhir Oktober 2023 lalu karena mendadak mengalami beberapa gejala yang memiliki kemiripan dengan gejala stroke ringan. Tiba-tiba saja ia berbicara dengan artikulasi yang tidak jelas, mengalami kebingungan, tidak dapat merespon dan memahami pembicaraan orang lain yang ada di sekitarnya.
Karena khawatir dengan keadaannya, keluarga dengan tanggap membawa dirinya ke RS Efarina Etaham. Sampai di sana, keluarga menjelaskan kondisi yang dialami oleh Bebas. Atas saran dari dokter spesialis saraf maka dilaksanakan tindakan CT Scan pada bagian kepala Bebas untuk memastikan ada tidaknya cedera, luka di kepala, atau penyakit yang menyerang otak. Hal ini dilakukan agar nantinya dokter dapat menentukan rencana pengobatan yang akan dilakukan selanjutnya, mengingat di tahun 2020 Bebas pernah mengalami kecelakaan.
“Selain itu ada beberapa tindakan medis pendukung seperti foto thorax. Karena berdasarkan pemeriksaan dokter spesialis paru, ada sedikit mengarah ke penyakit paru. Kebetulan memang saya seorang perokok berat,†ujar warga Desa Kinangkong, Kecamatan Laubaleng ini kepada wartawan, Jumat (24/11.2023) kemarin.
Pria tersebut mengungkapkan bahwa ia dirawat selama lima hari untuk proses penyembuhan. Menurut dokter yang menangani, Bebas mengalami sedikit penyumbatan pada batang otak kiri yang bisa saja terjadi karena tensi yang tinggi dan mengarah ke gejala stroke ringan. Dokter mengatakan bahwa di usianya yang sekarang, Bebas rentan terkena penyakit tersebut.
“Dokter mengatakan masih bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan yang cocok untuk penanganan stroke ringan ini. Dokternya sangat ramah dan tidak lupa memberikan beberapa tips untuk mencegah penyakit ini timbul kembali. Dokter bilang agar saya mengurangi kebiasaan merokok, aktivitas fisik yang berat, makanan yang berkadar kolestrol tinggi, serta menghindari minuman beralkohol,†terang Bebas.
Pria yang berprofesi sebagai Petani Jagung dan Coklat ini merasa sangat bersyukur mempunyai keluarga yang cepat tanggap. Ia juga lega karena ia sekeluarga sudah didaftarkan menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2017.
“Kebetulan anak sulung saya bekerja disalah satu perusahaan milik negara. Jadi kami sekeluarga ikut didaftarkan menjadi tanggungan di kepesertaan anak saya. Hak kelas kepesertaan JKN kami mengikuti kelas anak saya pada kelas satu,†tutur Bebas.
Pada kesempatan yang sama, Rinawati Br Purba, istri Bebas, mengatakan bahwa jika tidak ada Program JKN mungkin biaya yang dibayarkan akan cukup tinggi. Apalagi Bebas harus sampai rawat inap dan mendapat beberapa tindakan pemeriksaan penunjang.
“Saya juga sudah beberapa kali menggunakan JKN untuk berobat. Saya adalah penderita diabetes dan sudah masuk klub Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) namun karena kesibukan belum sempat mengikuti beberapa kegiatannya seperti senam dan yang lainnya,†ungkap Rina.
Rina mengungkapkan bahwa Program JKN merupakan program mulia yang harus dijaga keberlangsungannya. Dengan kehadiran Program JKN, masyarakat yang sudah menjadi pesertanya tidak perlu takut lagi pergi berobat ke fasilitas kesehatan karena tidak memiliki biaya yang cukup. Wanita asli Suku Karo ini juga menjelaskan bahwa pelayanan JKN sudah semakin baik dibandingkan dengan saat awal JKN berdiri. Bahkan kini, jika peserta JKN perlu mendapatkan pelayanan kesehatan pun cukup menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang terdapat Kartu Tanda Penduduk (KTP) ataupun kartu keluarga.
“Prinsipnya juga bergotong royong. Jika kita sadari saat kita tidak sedang sakit secara tidak langsung iuran yang kita bayarkan dapat membantu orang lain yang sedang mengalami sakit parah,” kata Rina.
(David)