Tanjungsari OLNEWSINDONESIA.
Siapa sangka,tradisi Buang Air Besar (BAB) sembarangan masih bisa ditemui di era serba Modern saat ini. Kurangnya sosialisasi atau hal lain yang berkaitan dengan akses sanitasi disinyalir menjadi penyebab istilah “Dolbon”( modol di kebon) masih melekat dikalangan warga di Wilayah timur Kabupaten Bogor.
Seperti yang terjadi di Desa Sirnasari, Kecamatan Tanjungsari,Kabupaten Bogor. Meski tidak sedikit dari warganya yang mempunyai hunian dengan kamar mandi di dalam namun,hampir separuh dari warganya memiliki kebiasaan dolbon.
Diungkap Kepala Desa Sukasirna,Gopur menyebut, kebiasaan warga BAB sembarang di wilayahnya terbilang banyak. Namun, bukan karena kurangnya sosialisasi. Kesadaran serta kurangnya akses penunjang seperti sulitnya mendapatkan air dikatanya, menjadi kendala pihaknya mensosialisasikan gerakan stop BAB sembarangan.
” Ya banyak, bisa jadi 50 persennya masih melakukan dolbon. terbanyak itu ada di kampung kebon kelapa dan kampung muka warna, karena disana sulit air. Ini masih menjadi PR kami, ” beber dia.
Sambung, berbagai upaya agar warganya tidak terus melakukan kebiasaan dolbon dilakukan. Mulai dari mengeluarkan dana pribadi sampai mencari bantuan pengadaan akses sanitasi. Namun sayang, minat warga untuk memiliki kakus/jamban masih kurang. ” Saat ini kita masih akan terus melakukan upaya preventif. semua sudah kita laporkan dan dalam beberapa waktu dekat ini pun kami mendapat bantuan dari program PUPR, tapi lagi-lagi minat warga untuk punya jamban kurang. Warga mau gratis tinggal Jokplung (jongkok nyemplung). ” Katanya sembari tertawa.
Dari pantauan, keberaadan rumah-rumah di Desa Sirnasari tidak sedikit yang memiliki kamar mandi. Namun tidak terdapat Wc/kakus di dalamnya. Hamparan sawah dan kebun yang banyak terdapat di wilayah tersebut juga dimanfaatkan warga untuk BAB.
Soal ini, Kepala bagian penangan UGD RSUD Cileungsi, Dr Desrizal mengatakan, pola hidup tidak sehat seperti dolbon sangat berdampak pada tumbuhnya sumber penyakit di lokasi. ” Kotoran yang di hinggapi lalat, dan terbang kemana saja bisa menimbulkan penyakit berbahaya, ” pungkasnya. (RED)