Rosanni Sangat Bersyukur 3 Tahun Rasakan Manfaat JKN Untuk Jalani Cuci Darah

Berita Karo, Berita Online Indonesia Di Online News Indonesia, www.olnewsindonesia.com

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah banyak membantu penduduk Indonesia. Salah satunya dirasakan oleh Rosanni Br Karo (52) yang kini secara rutin menjalani proses cuci darah (hemodialisis) dengan memanfaatkan jaminan dari Program JKN. Ditemui sesaat setelah melaksanakan rangkaian perawatan dalam rangka cuci darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karo, Rosanni menceritakan kisahnya menjalani proses hemodialisis kepada Jamkesnews, Rabu silam (29/03.2023).

“Saya tidak menyangka kegiatan rutin yang harus dijalani tiga tahun terakhir satu adalah dengan cuci darah dua kali seminggu. Beruntung ada Program JKN yang disediakan oleh BPJS Kesehatan. Masyarakat umum seperti kami bisa mendaftar menjadi peserta JKN mandiri dan dapat memanfaatkan layanan kesehatan yang disediakan termasuk untuk sakit berat dan dengan biaya mahal,” ungkap Rosanni.

Rosanni menjelaskan bahwa ia merasakan gejala awal berupa mual, muntah dan mudah lelah saat beraktifitas, sehingga pihak keluarga memutuskan untuk berobat pada salah satu klinik di Kota Kabanjahe. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter umum menyimpulkan Rosanni mengalami hipertensi. Untuk pemeriksaan lebih lanjut sekaligus mendapatkan diagnosa yang akurat dirinya dirujuk untuk diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam. Setelah melalui pemeriksaan dengan didukung hasil laboratorium, dokter spesialis menyatakan bahwa ginjal Rosanni rusak sehingga ia disarankan untuk rutin melaksanakan cuci darah.

“Saat itu saya sangat terpukul dan sempat meminta waktu sebulan untuk berpikir sembari mencari alternatif pengobatan yang lain. Saya masih berharap ada kemungkinan untuk sembuh tanpa harus menjalani proses cuci darah. Namun tidak semua hal berjalan sesuai keinginan, walau sudah berobat ke sana kemari hasilnya tidak kunjung membaik. Akhirnya saya pasrah dan berdamai dengan sakit yang dialami ini seraya terus berdoa semoga masih diberikan umur yang panjang,” ujar wanita ini.

Ia pun mengatakan bahwa pada saat itu ia belum mendaftar sebagai peserta JKN, sehingga seluruh biaya perobatannya mulai dari layanan di klinik hingga pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis penyakit dalam masih menggunakan biaya sendiri.

“Biayanya sekitar dua juta rupiah untuk satu kali pemeriksaan. Cukup besar tentunya. Apalagi saya harus berjuang sendiri menghidupi anak setelah meninggalnya suami karena serangan jantung di tahun 2014. Dengan pekerjaan harian sebagai pengepul dan penjual sayur di pusat pasar Kabanjahe, tentu saya harus pontang panting mencari biaya tambahan,” tutur ibu dari tiga orang anak tersebut.

Rosanni mengatakan sangat bersyukur karena selama menjadi peserta JKN, ia dapat mengakses fasilitas kesehatan yang tersedia dengan baik. Ia pun tidak merasakan adanya perbedaan pelayanan dengan pasien umum maupun peserta asuransi lainnya. Bahkan terhadap pasien hemodialisis, manajemen rumah sakit memberikan keistimewaan dengan antrean khusus agar tidak lama menunggu.

“Dapat dibayangkan jika tidak menjadi peserta JKN, berapa biaya yang harus dikeluarkan sampai dengan hari ini dan seterusnya. Informasi yang saya dengar untuk sekali cuci darah angkanya berkisar satu juta rupiah. Itulah sebabnya dengan senang hati kami sekeluarga mendaftar sebagai peserta JKN di kelas satu. Di samping karena lebih ramah di kantong, juga agar perawatan hemodialisis dapat terus berjalan sesuai rekomendasi dokter,” terang Rosanni.

Sementara itu, putra bungsu Rosanni, Rajana Ginting menyampaikan bahwa sebelum rutin menjalani cuci darah di RSUD Kabupaten Karo, ibunya dahulu sempat selama setahun melakukan cuci darah di Klinik Rasyida Medan.

“Bersyukur dengan adanya JKN, biaya perobatan tidak lagi menjadi pikiran dan keluarga dapat fokus pada perawatan ibu. Semoga dengan semangatnya yang tinggi untuk sembuh, ibu saya bisa berangsur-angsur membaik,” jelas Rajana ini.

(David)