by

Selamat Jalan Prof. Dr. Bambang Pranowo

Jakarta OLNewsIndonesia. Indonesia kembali kehilangan salah satu cendekiawan muslim dan birokrat yang patut diteladani. Prof. Dr. H.M Bambang Pranowo, MA, berpulang ke rahmatullah Jumat 5 Januari 2018 pukul 11.46 WIB di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Dalam perjalanan karir dan pengabdian sebagai aparatur negara, Bambang Pranowo pernah menjabat Kepala Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan Departemen Agama di Jakarta (1991 – 1993), Direktur Pembinaan Urusan Haji (1993 – 1996), Sekretaris Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji (1996 – 1998), Sekretaris Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (1996 – 1999), Direktur Pembinaan Perguruan Agama Islam (1999 – 2000), Direktur Penerangan Agama Islam (2000 – 2001), dan Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Sosial dan Budaya (2001 – 2008).

Pria kelahiran Magelang Jawa Tengah 27 Agustus 1947 ini menamatkan pendidikan PGA (Pendidikan Guru Agama) di Magelang dan Yogyakarta. Lulus sarjana dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1972. Ia kemudian mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S2 (tamat 1987) dan S3 (tamat 1991) pada Department of Anthropology and Sociology, Monash University, Melbourne, Australia.

Keluarga besar Kementerian Agama mengenang Bambang Pranowo adalah sosok birokrat yang cerdas, berpikiran maju, memotivasi bawahan, serta contoh pejabat yang berintegritas. Semasa menjadi Sesditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, ia membuat sebuah tradisi humanis dalam menghargai sumber daya manusia (SDM) sebagai aset organisasi, antara lain setiap pegawai yang ulang tahun dikirimi ucapan selamat dan diberi hadiah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin merasa kehilangan dengan  kepergian Bambang Pranowo. Ia mengutarakan kesan dan kenangan tentang  almarhum. “Almarhum adalah orang pertama yang mengajari saya secara cukup utuh tentang metodologi penelitian sosial. Saat itu (1984) secara intensif 3 minggu ditempa almarhum bersama para pengurus Ponpes Tebuireng, Nurul Jadid, Blok Agung, Kajen, Krapyak, Pabelan, Cipasung, dan lain-lain. Salah satu teman studi saya saat itu adalah Budi Munawwar Rachman, Paramadina,”kenang Lukman H. Saifuddin.

Cendekiawan muslim yang di masa mudanya ditempa melalui organisasi kader PII (Pelajar Islam Indonesia) itu memiliki pengalaman di lapangan ilmiah dan sosial kemasyarakatan. Dalam riwayat hidupnya pernah mengikuti pelatihan pada Pusat Latihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (PLPIIS) di Banda Aceh (1979),  peserta program kerjasama luar negeri Departemen Agama yaitu Strategic Management Planning di Institute for Training and Development, Massachusett, Amerika Serikat (1995). Selain itu mengikuti Kursus Reguler Lemhanas/KRA XXXIII (2000) dan Senior Executive Course and Quadrennial Defense Review di Honolulu, Amerika Serikat (2006).

Pengalaman tugas dan pengabdiannya ketika baru lulus kuliah ialah menjadi rohaniawan Islam untuk tahanan politik PKI di Pulau Buru, Maluku, tahun 1973 – 1975 yang merupakan penugasan dari Kejaksaan Agung RI atas kerjasama dengan Departemen Agama. Pada waktu itu Bambang Pranowo direkomendasikan oleh Drs. H. Mubarok (mantan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, dan Sekjen Depag) yang datang ke Yogya dalam rangka mencari lulusan IAIN yang berminat dan siap ditugaskan ke Pulau Buru. Nama Bambang Pranowo dikenal oleh Mubarok dari spanduk penceramah yang terpampang di salah satu masjid di Yogya.

Bambang Pranowo pernah menjadi staf peneliti part timer LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial)  tahun 1977 – 1981, dan selanjutnya staf peneliti pada Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan (Balitamas) Jakarta yang berada di bawah Departemen Agama (1980 – 1991).

Dr. H. Tarmizi Taher (almarhum) yang menjabat Sekjen dan kemudian Menteri Agama (1993 – 1998) dalam satu acara menyebut dengan bangga nama kader-kader potensial seperti Bambang Pranowo, Atho Mudzhar dan beberapa nama lain yang diproyeksikan menjadi calon pimpinan masa depan di Departemen Agama.

Menurut penuturan istri almarhum (Ibu Hj. Siti Rismini), prinsip hidup Bambang Pranowo dalam menjalankan tugas ialah bekerja tanpa interest,  tidak ambisius dengan jabatan yang merupakan amanah. Menurutnya, jika bekerja dan memegang jabatan karena vested interest, maka pasti akan memikul beban dan sarat dengan tekanan.

Sebagai antropolog sosial karya-karyanya menjadi rujukan. Di samping itu aktif di sejumlah lembaga/organisasi, seperti Perhimpunan Indonesia Untuk Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Direktur Pelaksana Unit Penelitian  Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), Jakarta, Institute for Social Development Studies, Senior Faculty Member Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP), Direktur Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta, Ketua Dewan Kurator Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal sejak 1997, serta Direktur Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LAKIP).

Bambang Pranowo bersama Drs. Kafrawi Ridwan, MA (mantan Dirjen Bimas Islam dan Sekjen Depag) sekitar akhir 1999 mendirikan Pondok Pesantren Darul Qiyam di Sawangan, Magelang sebagai Cabang ke VI Pondok Modern Gontor, Ponorogo. Sejak 2008 ia diamanahi menjadi Ketua Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) Kementerian Pertahanan RI.

Puncak karir dan pengabdiannya sebagai akademisi adalah dosen dan Guru Besar Sosiologi Agama pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sejak 1992, dan Guru Besar Sosiologi Agama IAIN Syarif Hidayatullah (kini UIN) Jakarta, sejak 1999 sampai pensiun tahun 2017. Ia lalu diminta menjadi Rektor Universitas Mathla’ul Anwar Banten.

Sebagai seorang antropolog sosial karya-karyanya menjadi rujukan. Disertasi doktornya membuktikan bahwa tesis Clifford Geertz, antropolog dari Chicago University USA tentang tiga kategori agama orang Jawa – santri, abangan, dan priyayi – tidak sepenuhnya benar. Hingga 1980-an, teori Indonesianis Geertz tentang “santri, abangan, dan priyayi” begitu populer dan menjadi referensi dunia akademis. Tesis Geertz dibantah oleh Bambang Pranowo dengan argumentasi ilmiah dan sejumlah fakta empiris.

Kumpulan tulisan Bambang Pranowo di berbagai jurnal dan makalah diterbitkan dengan judul Islam Faktual: Antara Tradisi dan Relasi Kuasa, dan Orang Jawa Jadi Teroris. Buku lain yang ditulisnya adalah Memahami Islam Jawa (2009) dan Multidimensi Ketahanan Nasional (2010).

Bambang Pranowo adalah pribadi yang hangat dan enerjik. Almarhum meninggalkan istri Dra. Hj. Siti Rismini, M.Sc dan dua orang putri. Jenazahnya dikebumikan di kavling pemakaman muslim Al-Azhar Memorial Garden, Karawang Timur. Semoga arwahnya diterima Allah SWT di tempat yang terbaik di Jannah-Nya. Selamat Jalan Bapak Bambang Pranowo.

Source : Kemenag

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.